BLACKBERRY telah menginspirasi desain ponsel-ponsel lokal merek China. Booming smartphone tersebut berimbas dengan diminatinya ponsel China berdesain mirip BlackBerry.
Tak ada rotan akar pun jadi. Tak mampu beli BlackBerry asli dengan harga mulai Rp 4 juta, maka "BlackBerry China" Rp 800 juta hingga Rp 1 jutaan pun tak jadi soal.
Tak sekadar di pasaran ponsel kota Makassar, ponsel-ponsel Qwery pun merambah ke pelosok-pelosok desa di Sulsel.
Hal itu berdasarkan pemantauan Tribun Timur di sejumlah wilayah di Bulukumba, Bone, dan Parepare, pekan ini.
Penjualan ponsel China di daerah dipastikan pula akan terdongkrak seiring diberlakukannya perdagangan bebas Asean-China. Harga ponsel China akan semakin terjangkau.
"Orang tidak melihat merek lagi tetapi membeli berdasarkan tampilan dan harga, serta fasilitas," kata seorang penjual ponsel di Tanete Bulukumba, Ilham.
Diakui oleh Rina, pemilik gerai ponsel Nada Cell 2, Bulukumba, ia bisa menjual ponsel merek China lebih banyak dibandingkan yang lainnya.
"Kami biasa menjual 50 ponsel China dan 10 merek Nokia, orang lebih pilih yang murah dan fasilitas cukup. Remaja dari desa juga sebagai peminatnya," katanya.
Pengakuan serupa dikemukakan pengusaha gerai ponsel di Parepare. "Saya menjual yang diminati masyarakat makanya di toko saya dijual 80 persen produk China, seperti pakaian, elektronik dan posel," urai pengelola Toko Carlos Parepare, Carlos.
Menurutnya, pembeli ponsel tak menyoalkan mereknya yang penting bisa mengirim dan menerima SMS. "Kalau sekadar SMS, ponsel China juga miliki kualitas bagus," tuturnya.
Pengelola Toko Celebes Ponsel Parepare, Jaja, juga menjelaskan bahwa keunggulan ponsel China karena harganya lebih terjangkau.
"Kekurangannya mungkin hanya harga purna jualnya dan suku cadangnya. Untuk fitur facebook memang lambat loading. Namun tetap punya peluang pasar fifty-fifty saat ini," tuturnya.(rip/cr5)